Kendati susah menggalang penggemar di dalam negeri, pentas wayang masih menggairahkan buat seniman lintas Negara.
Bunyi gamelan mengalun syahdu. Mengiringi bait bait tembang yang disuarakan pesinden dan menandakan mulainya pementasan wayang semalam suntuk di Wihara Avalokitesvara, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Mulai dari tembang pembuka dalam lakon wayang, biasa disebut tetalu, hingga gending penutup pergelaran, semua dimainkan dengan dengan indah. Meski pentas menyita waktu cukup lama. Dan,sekilas tidak ada yang istimewa sebab gamelan yang ditabuh maupun tembang tembang yang dilantunkan sama seperti sajian dalam setiap pementasan wayang.
Yang istimewa dari acara yang digelar dalam rangka perayaan Kwam Im Po Sat Mencapai Kemulyaan (Jhen Tao) itu justru karena pemainnya tidak hanya berasal dari
Warna kulit dan wajah mereka menunjukkan bahwa seniman yang bergabung dalam pergelaran itu berasal dari belahan dunia.
Memang, pergelaran wayang kali ini melibatkan seniman asal 10 negara, antara lain Jepang,
Adalah Agness Saphoro, seniman asal Hongaria yang duduk di jejeran pesinden. Sementara itu, pada barisan wiraswara terdapat Ibrahim dari
Perlibatan seniman 10 negara yang melatarbelakangi pentas wayang dengan tajuk Sri Makutharama itu dicatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pergelaran wayang terunik.
Rekor itu merupakan rekor pertama, karena sebelumnya belum ada yang menggelar kegiatan serupa.
Ketua Panti Budaya Vihara Avalokitesvara, Kosala Mahinda, mengatakan pergelaran yang melibatkan seniman dari sejumlah negara itu selain bertujuan untuk pelestarian kesenian wayang juga untuk mempererat hubungan antar seniman.
Sejumlah negara memang memiliki kepedulian tertentu terhadap kesenian nasional, termasuk di dalamnya wayang.
“Kami juga berencana membentuk wadah bagi seniman tersebut supaya bisa melaksanakan kegiatan secara bergiliran di negara masing masing untuk lebih memperkenalkan kesenian gamelan dan wayang di dunia internasional,” kata Kosala.
Gagasan itu, kata dia, semata untuk lebih memperkenalkan kesenian tradisional yang dimiliki kebudayaan Jawa sudah hamper punah karena minimya penggemar.
Dalang asing
Ki Dalang Tee Bun Liong Sabdotejo mengaku bangga bisa tampil bersama para seniman mancanegara tersebut. Menurutnya, meski bukan seniman lokal, pementasan itu berlangsung sempurna layaknya tampil bersama seniman asli Jawa.
“Kemampuan mereka untuk menampilkan karakter sebagai pelaku seni tradisional Jawa patut diacungi jempol.
Betapa tidak, pesinden yang bukan berasal dari Jawa ini mampu menampilkan
Ia mengaku, sebelum pementasan itu digelar, semua seniman telah melakukan latihan panjang. Latihan itu digelar di beberapa tempat, salah satunya di Panti Budaya,Pamekasan.
“Latihan itu semata untuk penyelarasan saja. Dan dari latihan itu kami bisa tahu, bahwa para seniman itu mampu pentas bersama kami tidak hanya dalam lakon Sri Makutharama, tapi juga dalam lakon yang lain.”
Saat ini sedang dijajaki kemungkinan untuk melakukan pementasan wayang yang melibatkan seniman dari negara lain di luar seniman yang ikut dalam pementasan di Pamekasan tersebut.
Sebab, menurutnya, masih banyak Negara yang memiliki seniman yang mampu memainkan kesenian tradisional Jawa seperti sejumlah seniman asal
Sumber: Media
Oleh: Mohammad Ghazi
ghozi@mediaindonesia.com