Benarkah wayang berasal dari China? Pengajar Fakultas Ilmu Budaya UI yang menyusun buku Klempakan Cariyos Tionghwa Sik Jin Kwi Ceng See, Dwi Woro Retno Mastuti termenung sejenak ketika diajukan pertanyaan itu.
“Pertanyaan ini cukup mengganggu ketika saya mulai meneliti wayang potehi dan wayang kulit China-Jawa Yogyakarta,” katanya.
Perburuan atas sejarah dan perkembangan kedua jenis wayang tersebut membawanya ke klenteng di Semarang, Jatinegara, Sukabumi, Yogyakarta, Gudo (Jombang), kota kota di Eropa seperti Berlin dan Uberlingen di Jerman, serta Beijing dan Shanghai.
Dia mengaku walau sudah banyak kota dijelajahi, hingga kini pertanyaan tersebut masih belum terjawab secara meyakinkan. Beberapa ahli wayang menyatakan bahwa wayang golek merupakan perkembangan dari wayang potehi, sandiwara boneka China.
Menurut Dwi Woro, sebagian besar pencinta dan pemerhati wayang selalu menyebutkan India sebagai asalmuasal wayang purwa di Jawa. Kisahnya yang senantiasa menampilkan epos Mahabharata dan Ramayana memang sudah menjadi jaminan bahwa kisah tersebut dari tanah India. Namun bagaimana dengan pertunjukannya sendiri? Dari China atau India?
Wayang China
Masyarakat China sebenarnya mengenal pertunjukan wayang. Ada beberapa jenis wayang China yaitu wayang golek, kulit dan marionette. Wayang golek adalah boneka dengan kepala dan tubuh terbuat dari kayu dan dibalut pakaian yang berwarna warni. Wayang golek disebut boneka teater China. Jenis wayang ini ditemukan di Provinsi Hunan, Sichuan, Shanxi, Guangdong, dan Jiangsu.
Wayang kulit adalah boneka wayang yang diukir dari kulit kerbau berbentuk tokoh tokoh tertentu dan diberi warna warna. Istilah wayang kulit di Tiongkok dan di Jawa tidak ada perbedaan. Yang ditampilkan adalah baying baying yang terpantul dari sinar lampu yang menyorot menerangi boneka wayang yang memang diukir sedemikian rupa hingga hasilnya seperti yang kita saksikan sekarang.
Dalam film Three Kingdom (Perang Tiga Negara) yang dibintangi oleh Andy Lau, terdapat episode para prajurit yang menang dalam perang, menonton wayang kulit. Seperti kita ketahui, Perang Tiga Negara terjadi dalam kurun waktu 220 – 280 Masehi.
Wayang boneka kantong juga dikenal di Tiongkok. Boneka boneka yang digunakan dalam pertunjukan itu terbuat dari kain bekas (bu). Badan boneka tersebut menyerupai kantung (dai). Itulah sebabnya pertunjukan boneka itu dinamakan bu dai xi.
Di Jawa, istilah bu dai xi berubah menjadi potehi. Kata Potehi berasal dari kata poo berarti kain, tay (kantong), hie (wayang). Di Indonesia, pengaruh bahasa Hokkian cukup kuat melesap dalam bahasa setempat.
Secara lengkap istilah po te hi memiliki arti wayang kantong atau boneka kantong. Cara memainkannya adalah dengan memasukkan jari tangan ke dalam kantong kain dan menggerakkannya sesuai dengan jalannya cerita. Jumlah orang yang memainkan boneka ini ada dua orang, masing masing memegang dua boneka.
Sekilas dapat dikatakan bahwa seni pertunjukam wayang di Jawa berasal dari China. Namun, orang Nusantara (Jawa) saat itu tidak begitu saja mengadopsi bentuk pertunjukan tersebut seperti aslinya.
Secara fisik, budaya China memberi kontribusinya. Secara batiniah, masyarakat Nusantara memilih epos Mahabharata dan Ramayana untuk acuan ajaran moral. Demikianlah, negeri ini sejak zaman dulu sudah piawai mengolah berbagai bentuk budaya asing. Budaya baru ini kemudian memperkaya produk budaya setempat yang sudah lebih dulu ada.
Oleh: Herry Suhendra
Wartawan Bisnis Indonesia
Sumber: Bisnis Indonesia, Sabtu, 8 Agustus 2009
“Pertanyaan ini cukup mengganggu ketika saya mulai meneliti wayang potehi dan wayang kulit China-Jawa Yogyakarta,” katanya.
Perburuan atas sejarah dan perkembangan kedua jenis wayang tersebut membawanya ke klenteng di Semarang, Jatinegara, Sukabumi, Yogyakarta, Gudo (Jombang), kota kota di Eropa seperti Berlin dan Uberlingen di Jerman, serta Beijing dan Shanghai.
Dia mengaku walau sudah banyak kota dijelajahi, hingga kini pertanyaan tersebut masih belum terjawab secara meyakinkan. Beberapa ahli wayang menyatakan bahwa wayang golek merupakan perkembangan dari wayang potehi, sandiwara boneka China.
Menurut Dwi Woro, sebagian besar pencinta dan pemerhati wayang selalu menyebutkan India sebagai asalmuasal wayang purwa di Jawa. Kisahnya yang senantiasa menampilkan epos Mahabharata dan Ramayana memang sudah menjadi jaminan bahwa kisah tersebut dari tanah India. Namun bagaimana dengan pertunjukannya sendiri? Dari China atau India?
Wayang China
Masyarakat China sebenarnya mengenal pertunjukan wayang. Ada beberapa jenis wayang China yaitu wayang golek, kulit dan marionette. Wayang golek adalah boneka dengan kepala dan tubuh terbuat dari kayu dan dibalut pakaian yang berwarna warni. Wayang golek disebut boneka teater China. Jenis wayang ini ditemukan di Provinsi Hunan, Sichuan, Shanxi, Guangdong, dan Jiangsu.
Wayang kulit adalah boneka wayang yang diukir dari kulit kerbau berbentuk tokoh tokoh tertentu dan diberi warna warna. Istilah wayang kulit di Tiongkok dan di Jawa tidak ada perbedaan. Yang ditampilkan adalah baying baying yang terpantul dari sinar lampu yang menyorot menerangi boneka wayang yang memang diukir sedemikian rupa hingga hasilnya seperti yang kita saksikan sekarang.
Dalam film Three Kingdom (Perang Tiga Negara) yang dibintangi oleh Andy Lau, terdapat episode para prajurit yang menang dalam perang, menonton wayang kulit. Seperti kita ketahui, Perang Tiga Negara terjadi dalam kurun waktu 220 – 280 Masehi.
Wayang boneka kantong juga dikenal di Tiongkok. Boneka boneka yang digunakan dalam pertunjukan itu terbuat dari kain bekas (bu). Badan boneka tersebut menyerupai kantung (dai). Itulah sebabnya pertunjukan boneka itu dinamakan bu dai xi.
Di Jawa, istilah bu dai xi berubah menjadi potehi. Kata Potehi berasal dari kata poo berarti kain, tay (kantong), hie (wayang). Di Indonesia, pengaruh bahasa Hokkian cukup kuat melesap dalam bahasa setempat.
Secara lengkap istilah po te hi memiliki arti wayang kantong atau boneka kantong. Cara memainkannya adalah dengan memasukkan jari tangan ke dalam kantong kain dan menggerakkannya sesuai dengan jalannya cerita. Jumlah orang yang memainkan boneka ini ada dua orang, masing masing memegang dua boneka.
Sekilas dapat dikatakan bahwa seni pertunjukam wayang di Jawa berasal dari China. Namun, orang Nusantara (Jawa) saat itu tidak begitu saja mengadopsi bentuk pertunjukan tersebut seperti aslinya.
Secara fisik, budaya China memberi kontribusinya. Secara batiniah, masyarakat Nusantara memilih epos Mahabharata dan Ramayana untuk acuan ajaran moral. Demikianlah, negeri ini sejak zaman dulu sudah piawai mengolah berbagai bentuk budaya asing. Budaya baru ini kemudian memperkaya produk budaya setempat yang sudah lebih dulu ada.
Oleh: Herry Suhendra
Wartawan Bisnis Indonesia
Sumber: Bisnis Indonesia, Sabtu, 8 Agustus 2009